Keris Bali memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dari keris daerah lain, terutama keris Jawa. Ciri-ciri tersebut meliputi ukuran yang lebih besar, ornamen sarung yang berbeda, bentuk pegangan yang lebih rumit, dan ukiran pada bilah keris yang beragam motifnya. Selain itu, keris Bali juga memiliki ciri khas pada bagian pendok atau gandar yang dilapisi selongsong silinder.
Berikut adalah penjelasan lebih detail mengenai ciri khas keris Bali:
Ukuran:
Keris Bali cenderung lebih besar dibandingkan dengan keris Jawa.
Sarung:
Ornamen pada sarung keris Bali sangat khas dan berbeda dengan keris Jawa, dengan desain yang lebih rumit dan beragam.
Pegangan:
Pegangan keris Bali juga memiliki bentuk dan ukiran yang lebih rumit dibandingkan dengan keris Jawa pada umumnya.
Pamor:
Pamor pada keris Bali, yaitu hiasan pada bilah keris berwarna putih, cenderung tidak sedetail keris Jawa, namun memiliki pola yang lebih tegas dan tajam.
Motif Ukiran:
Ukiran pada bilah keris Bali memiliki beragam motif, seperti pendeta, raksasa, penari, pertapa hutan, dan motif menyerupai dewa.
Pendok/Gandar:
Pendok atau gandar (pembungkus wilah keris) pada keris Bali biasanya dilapisi selongsong silinder, yang merupakan ciri khas lainnya.
Gaya Pamor:
Keris Bali sering menggunakan pamor Wos Wutah, tetapi dengan pola garap yang lebih tegas dan tajam, serta bilah yang lebih panjang dan tebal.
Ganja/Gonjo:
Masyarakat Bali menyebut bagian keris yang terletak di antara pesi dan pangkal keris sebagai “gonjo”, dan bentuknya cenderung bulat panjang seperti pensil.
Greneng:
Pada keris Bali dengan gonjo wilut (bergelombang) dan kanyut (ujung gonjo melengkung ke atas), terdapat komposisi greneng khusus dengan dua bentuk “ra” atau “thingil” pada bagian akhir greneng sebelum kanyut, yang tidak ditemukan pada keris dari daerah lain.